Marcos Llorente: Gelandang Serba Bisa yang Bikin Bek Lawan Nyesel Ngebiarin Dia Lari

Di dunia sepak bola modern, punya satu pemain yang bisa main di banyak posisi itu emas. Tapi kalau lo punya satu pemain yang bisa jadi gelandang bertahan, box-to-box, winger kanan, sampai second striker, dan semuanya dijalanin dengan high level? Itu Marcos Llorente.

Dia bukan pemain yang sejak awal digadang-gadang bakal jadi bintang utama, tapi perkembangannya gila. Dulu cuma pelapis di Real Madrid, sekarang jadi salah satu senjata utama Atlético Madrid dan langganan timnas Spanyol. Gaya mainnya lari terus, kerja terus, gak banyak gaya tapi hasil nyata.


Awal Karier: Lahir di Keluarga Bola, Tapi Gak Cuma Numpang Nama

Marcos Llorente lahir 30 Januari 1995 di Madrid. Dan ini bukan keluarga biasa. Dia anak dari keluarga bola murni. Kakeknya, Paco Gento, legenda Real Madrid dengan enam trofi Liga Champions. Ayahnya, Paco Llorente, juga mantan Madrid. Pamannya, Julio Llorente. Semua ada darah bola.

Tapi dari kecil, Marcos udah punya misi sendiri: bukan cuma numpang nama, tapi buktiin diri. Dia gabung akademi Real Madrid, La Fábrica, dan dari awal dikenal sebagai pemain yang gak neko-neko tapi punya fisik dan kedisiplinan di atas rata-rata.


La Fábrica: Sekolah Gila untuk Mental Baja

Di akademi Real Madrid, Llorente mulai asah semua kualitas penting: positioning, passing, stamina, dan yang paling penting — mental kuat. Tapi meski bagus, dia gak langsung dapet tempat di tim utama. Real Madrid waktu itu penuh pemain kelas dunia: Casemiro, Modrić, Kroos. Gak ada celah buat dia.

Zidane sempat kasih debut di musim 2015–16, tapi menit bermainnya dikit banget. Akhirnya Real Madrid lepas dia ke Alavés buat dipinjamkan. Dan itu keputusan penting dalam hidupnya.


Alavés: Ujian Mental dan Titik Balik

Musim 2016–17, Llorente main di Alavés, tim papan bawah La Liga. Tapi justru di situ dia nunjukin kualitas sebenarnya. Dia main sebagai gelandang bertahan, kerja keras tiap laga, dan jadi salah satu pemain paling stabil di tim.

Puncaknya, dia bawa Alavés ke final Copa del Rey. Walau kalah dari Barcelona, performa Llorente bikin orang ngelirik. Dia balik ke Madrid musim depannya dengan harapan dapet jam terbang lebih banyak. Tapi ternyata ceritanya gak semudah itu.


Kembali ke Madrid: Dingin-Dingin Disimpan

Setelah balik dari Alavés, Llorente tetap gak dapet peran utama di Real Madrid. Zidane lebih milih Casemiro sebagai DMF inti. Meski tiap dikasih main dia tampil solid, tapi tetap susah nyodok ke tim utama.

Sampai akhirnya datang tawaran dari rival sekota. Atlético Madrid, di bawah Diego Simeone, ngajak dia pindah. Dan di sanalah hidupnya berubah.


Atlético Madrid: Meledak di Sistem Gila Simeone

Tahun 2019, Llorente pindah ke Atlético Madrid. Semua orang kira dia bakal jadi gelandang bertahan biasa, pengganti Thomas Partey. Tapi Simeone punya ide beda. Dia lihat potensi ofensif Llorente, lalu mulai eksperimen.

Llorente dipasang:

  • Sebagai gelandang tengah box-to-box
  • Kadang jadi second striker
  • Bahkan sempat jadi winger kanan dan wingback

Dan boom. Dia meledak. Musim 2020–21, dia cetak 12 gol dan 11 assist di La Liga. Statistik yang gila buat ukuran gelandang.


Malam Gila di Anfield: Momen yang Ubah Hidup

Kalau harus pilih satu pertandingan yang ubah karier Llorente, jawabannya jelas: malam di Anfield lawan Liverpool, leg kedua babak 16 besar Liga Champions 2020.

Waktu itu, Atlético tertinggal. Simeone masukin Llorente dari bangku cadangan. Dan apa yang terjadi? Dua gol plus satu assist. Bawa Atlético ngebalikkan keadaan, menyingkirkan Liverpool di kandang mereka sendiri, dan jadi pahlawan laga.

Sejak itu, semua orang sadar: Llorente bukan cuma pelapis. Dia mesin.


Musim Ajaib 2020–21: Dari Gelandang ke Superstar

Setelah malam Anfield, kepercayaan Simeone ke Llorente makin gede. Di musim 2020–21, dia jadi pemain kunci di skema 3-5-2, 4-4-2, bahkan 3-4-3.

Dia:

  • Lari 90 menit tanpa abis
  • Sering cetak gol telat yang krusial
  • Bantu build-up dan finishing
  • Jadi penghubung antara tengah dan depan

Atlético akhirnya juara La Liga musim itu. Dan Llorente jadi pemain paling bersinar bareng Luis Suárez dan Jan Oblak.


Gaya Main: Mesin Manusia dengan Otak Taktik

Llorente itu beda dari gelandang Spanyol kebanyakan. Dia bukan tipe pemain yang fokus passing pendek atau pegang bola terus. Dia lebih ke vertical player.

Ciri khas:

  • Lari cepat tanpa bola
  • Sering muncul dari lini kedua
  • Pressing tinggi dan kuat duel
  • Bisa jaga ritme atau tiba-tiba masuk kotak penalti

Simeone bahkan bilang: “Dia bisa main di lima posisi, dan semuanya bagus.”


Timnas Spanyol: Belum Dapat Peran Maksimal

Di timnas, Llorente agak susah dapet posisi yang pas. Pelatih seperti Luis Enrique suka main possession-heavy. Llorente lebih cocok sistem transisi cepat. Kadang dia malah dipasang jadi bek kanan, yang bukan posisi aslinya.

Tapi dia tetap sering dipanggil. Main di Euro 2020, UEFA Nations League, dan beberapa laga penting. Masih belum jadi starter tetap, tapi dia punya waktu buat berkembang.


Mentalitas: Kerja Tanpa Ribut

Yang bikin Llorente dihormati bukan cuma skill-nya, tapi sikapnya. Dia:

  • Gak pernah ribut meski dicadangin
  • Siap ganti posisi tiap minggu
  • Rajin latihan dan jaga fisik
  • Fokus ke peran tim, bukan ego pribadi

Dia tipe pemain yang gak banyak bicara, tapi lo bakal ngerasa kehilangannya kalau dia gak main.


Statistik Karier (sampai 2025)

  • Real Madrid (tim utama dan B): 39 laga
  • Alavés: 38 laga
  • Atlético Madrid: 180+ laga
  • Gol: 25+
  • Assist: 30+
  • Timnas Spanyol: 20+ caps

Trofi:

  • La Liga (2020–21)
  • UEFA Super Cup
  • Piala Dunia Antarklub (bareng Madrid)
  • Liga Champions (meski jarang main)

Kelebihan:

  • Stamina dan sprint luar biasa
  • Bisa main di banyak posisi
  • Finishing bagus untuk ukuran gelandang
  • Disiplin taktik
  • Gak egois dan mudah adaptasi

Kekurangan:

  • Belum stabil di timnas
  • Bukan playmaker klasik
  • Kadang terlalu banyak pindah peran
  • Kurang eksplosif dalam dribble

Tapi di dunia yang butuh pemain fleksibel, Llorente adalah salah satu prototipe terbaik.


Masa Depan: Masih Panjang dan Bisa Lebih Gila

Usia Llorente sekarang masuk masa emas. Dia bisa tetap jadi andalan Atlético, atau mungkin pindah ke Premier League buat tantangan baru. Banyak yang bilang dia cocok main di Liverpool, Arsenal, atau klub yang main intensitas tinggi.

Yang pasti, dia belum selesai. Masih banyak ruang buat berkembang. Dan pemain kayak dia — bisa jadi fondasi tim juara.


Penutup: Marcos Llorente — Gak Viral, Tapi Vital

Gak semua pemain harus viral buat jadi vital. Llorente buktiin itu. Dari anak akademi Real Madrid, pelapis yang jarang dilirik, sampai jadi tulang punggung Atlético Madrid.

Dia bisa main di mana aja. Bisa bantu tim nyerang dan bertahan. Bisa ganti gaya main tergantung taktik. Dan semua itu dilakukan tanpa keluhan.

Kalau kamu cari contoh pemain modern yang kerja kerasnya ngalahin ekspektasi, nama Llorente wajib masuk daftar teratas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *